Secara ontologis menurut Notonagoro,
yang menjadi substansi pokok didalam Pancasila ialah hakikat kodrat manusia
“monoplularis” yang terdiri atas : susuan kodrat monodualis jiwa dan raga,
sifat kodrat monodualis makhluk individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat
monodualis makhluk berdiri sendiri dan makhluk Tuhan (Notonagoro, dalam
Suyahmo, 2014: 188). Lebih lanjut dijelaskan oleh Suyahmo, bahwa dasar ontologi
Pancasila sebagai dasar falsafah negara adalah hubungan vertikal antara manusia
dengan Tuhan yang menjelma menjadi sila pertama, sedangkan hubungan horisontal
antar manusia menjelma menjadi sila kedua, ketiga, keempat dan kelima (Suyahmo,
2015: 189).
Sehingga Agama dalam perspektif
ontologi Panasila tidak akan terpisahkan dengan hubungan vertikal antara
manusia dengan Tuhan. Tuhan dalam kajian ontologis disebut sebagai “Kausa
Prima” atau diposisikan sebagai sebab adanya sesuatu. Dengan demikian menurut
Suyahmo (2014), manusia keberadaanya disebabkan oleh Tuhan, dan Tuhan
keberadaanya tidak disebabkan oleh sebab yang lain tetapi menyebabkan adanya
yang lain termasuk manusia (Suyahmo,2014: 187). Sedangkan menurut Notonagoro,
bahwa Tuhan seara ontologis substansial sebagai suatu zat yang tidak dapat
tidak ada, jadi zat yang pasti ada, zat yang adanya nood zakelik, zat yang mutlak, sempurna, kuasa, tak terbatas dan
tak berubah, sebab yang pertama dari segala yang ada.
Hubungan veretikal atara manusia
dengan tuhan dalam Pancasila menjelma dalam sila pertama yaitu, Ketuhanan Yang
Maha Esa. Menurut Suyahmo,(2014) kata ketuhanan mengandung arti bahwa
“keyakinan dan pengakuan” yang dieksperiskan dalam bentuk perbuatan terhadap
Zat yang maha kuasa sebagai pencipta. Sejalan dengan hal tersebut menurut
Soegito, (2013) mengandung arti keyakinan dan pengakuan yang diekspresikan
dalam bentuk perbuatan terhadap Zat yang maha Tunggal tiada duanya yang
sempurna sebagai penyebab pertama (kausa prima). Ketuhanan Yang Maha Esa
menuntut manusia Indonesia untuk bersikap hidup, “taat” dan “taklim” kepada
Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang menjadi hak masing-masing
individu. Taat mengandung makna setia, menurut apa yang diperintahkan dan
hormat/cinta kepada Tuhan. Sedangkan taklim mengandung makna memuliakan Tuhan,
memandang Tuhan teragung, memandang Tuhan tertinggi dan memandang tuhan
terluhur (Soegito dkk, 2013: 69).
Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan
kebebasan kepada individu untuk memeluk agama dan kepercayaan sesuai dengan
keyakinanya. Menurut Suyahmo, (2014) meskipun ada perbedaan agama atau
keperayaan dari masing-masing individu bangsa Indonesia, aslakan masing-masing
individu itu sikap dan perbuatanya konsisten dengan hakikat agama dan
kepercayaan yang ia yakini maka akanbertemu pada garis persamaan moral kebaikan,
yaitu kerukunan, toleransi, kedamaian dan kebersamaan. Adanya keyakinan manusia
Indonesia seperti itu memberi predikat pada diri mereka sebagai bangsa yang
religius bukan sekuler (Suyahmo,2014: 188).
Sehingga secara garis besar agama
dan perspektif ontologi Pancasila mengandung makna bahwa agama merupakan wujud
ekspresi hubungan vertikal manusia dengan Tuhan berupa keyakinan dan pengakuan
terhadap Zat yang maha kuasa yaitu Tuhan. Dimana dalam kajian ontologis Tuhan
merupakan kausa prima atau penyebab dari segala sesuatu termasuk manusia. Dalam
Pancasila sendiri tertuang dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketuhanan Yang Maha Esa membebaskan kepada masing-masing individu untuk memeluk
agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinannya.
Daftar
Pustaka :
Suyahmo.
2014. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Soegito
dkk. 2013. Pendidikan Pancasila. Semarang: Unnes Press.
Jammin' Jars Casino Resort Tickets - KTH
BalasHapusBuy Jammin Jars Casino 여주 출장샵 Resort tickets at 광주광역 출장샵 the 논산 출장샵 official Ticket Office.com. 춘천 출장마사지 Buy Jammin' Jars Casino Resort tickets 남양주 출장샵 at the official Ticket Office.com.