Langsung ke konten utama

Filsafat Pancasila hakikat nilainya bersifat abstrak, umum, universal, dan absolut



Berdasarkan kausa materialis, nilai pancasila bersumber dan digali dari  nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia yang kemudian dikristalisai dan disepakati oleh para pendiri bangsa sebagai suatu kesepakatan fundamental bagi dasar kehidupan bangsa. Menurut Notonegoro kausa materialis atau bahan dari pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri, yaitu terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan agama. Setelah indonesia merdeka dan pancasila diresmikan menjadi dasar filsafat negara, ditambah lagi dengan unsur kenegaraan (Notonegoro, 1975 dalam Suyahmo, 2014:124).
1.     Isinya sedikit tetapi luas cangkupanya tak terbatas, meliputi segala hal dan keadaan yang terdapat pada bangsa dan negara Indonesia dalam jangka waktu yang tak terbatas.
2.     Isinya mencakup semua hal yang tak terbatas pada  jumlah.
4.     Adanya hanya ada dalam pikiran, angan-angan didalam idea, tidak dalam keadaan nyata, namun dapat diwujudkan dalam kenyataan konkrit (Suyahmo,2014:112).
Sehingga filsafat Pancasila yang hakikat nilainya bersifat abstrak, umum, universal, dan absolut ini merupakan nilai yang melekat pada nilai dasar yang dimliki pancasila. Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa nilai tersebut bersumber pada nilai luhur yang digali dari dalam diri bangsa Indonesia itu sendiri.
Jika disandingkan dengan perkembangan ideologi dunia jelas pancasila memiliki perbedaan. Menurut Suyahmo,2014 jika kita mengaitkan  pancasila dengan ideologi di Barat, maka pancasila haruslah dipandang sebagai “suatu ideologi yang tidak bermuatan ideologis”. Karena suatu ideologi tentunya memiliki ciri atau karakter sedemikian rupa yang didasari oleh suatu ajaran yang menyeluruh terhadap makna hidup dan nilai-nilai, ditentukan seara konkrret bagaimana manusia harus bertindak (Suyahmo,2014:54).
Oleh karenanya tentunya pancasila berbeda dan bukan dalam pengertian ideologi seperti diatas. Pancasila tidak menuntut bagaimana manusia harus bertindak secara konkrit. Pancasila hanya memberikan nilai dasar saja yaitu dalam pikiran, angan-angan didalam idea, dan tidak dalam suatu keadaan nyata. Namun, dapat diwujudkan dalam kenyataan konkrit melalui nilai-nilai instumen dan nilai praktisnya. Seperti yang dikemukakan oleh Suyahmo dalam bukunya yang menyatakan bahwa, pancasila tidak harus ditafsirkan karena penafsiran terhadap pancasila akan mempersempit makna nilai-nilai pancasila seara ideologis (Suyahmo,2014:54)
Menurut Suyahmo terdapat enam hal yang menunjukan eksistensi pancasila terhadap ideologi besar dunia. Yaitu :
1.     Pancasila dalam dirinya memuat adanya hubungan vertikal yaitu antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.
2.     Pancasila dalam dirinya menitikberatkan pada keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan sosial, antara kebutuhan spiritual dan kebutuhan material, antara kebutuhan lahir dan kebutuhan batin
3.     Pancasila dalam dirinya mengutamakan  musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan, serta mengedepankan unsur kualitas.
4.     Pancasila dalam dirinya tidak menghendaki adanya oposisi, kompetisi yang diutamakan adalah, kebersamaan, gotong-royong.
5.     Sistem pemerintahan yang berdasar pancasila, menjunjung tinggi asas keterbukaan, artinya terbuka terhadap kritik yang sekiranya dapat membangun, membawa kemajuan dan pembaharuan.
6.     Sistem pemerintahan yang berdasarkan pancasila adalah yang menghargai adanya hak asasi manusia (Suyahmo,2014: 82-85)
Berdasarkan ulasan diatas terjawab mengapa filsafat Pancasila hakikat nilainya bersifat abstrak, umum, universal, dan absolut tidak bisa diterima oleh negara lain ? yaitu karena Pancasila merupakan dasar filsafat dan ideologi yang bbersumber dan digali dari  nilai-nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia sendiri yang kemudian dikristalisai dan disepakati oleh para pendiri bangsa sebagai suatu kesepakatan fundamental bagi dasar kehidupan bangsa. Karena diambil dan digali dari nilai luhur kepribadian bangsa Indonesia sendiri sudah barang tentu pancasila berbeda dengan ideologi lain dan sudah barang tentu tidak dapat diterima karena. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pancasila dapat diterima oleh negara lain atau bangsa lain jika negara tersebut memiliki latar belakang sosio-kultural serta histori yang sama dengan Indonesia.

Daftar Pustaka :
Suyahmo. 2014. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAK WARIS ANAK ANGKAT, ANAK KANDUNG dan ANAK DILUAR NIKAH

Nama        :Herman Rahma Wanto NIM          :3301413085 Hukum Perdata 1 HAK WARIS ANAK ANGKAT, ANAK KANDUNGdan ANAK DILUAR NIKAH Hak waris adalah hak seseorang untuk mendapatkan harta milik pewaris. Seseorang yang mendapat hak waris ini disebut ahli waris. Adapun perihal waris mewaris diatur dalam hukum waris. Hukum waris ( erfrecht ) yaitu seperangkat norma atau   aturan yang mengatur mengenai berpindahnya atau beralihnya hak dan kewajiban ( harta kekayaan ) dari orang yang   meninggaldunia ( pewaris ) kepada orang yang masih hidup ( ahli waris) yang berhak menerimanya. Ataudengan kata lain, hukum waris yaitu peraturan yang mengatur perpindahan harta kekayaan orangyang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain. Menurut Mr. A. Pitlo, hukum waris yaitu suatu rangkaian ket entuan – ketentuan, di mana, berhubung dengan meninggalnya seorang, akibat- akibatnya di dal...

Sekilas Mengenal Sosok Tan Malaka

SutanIbrahim atau yang lebih dikenal oleh khalayak ramai dengan sebutan Tan Malaka. Tan Malaka merupakan Pahlawan Nasional yang lahir di Nagari Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat tanggal 2 Juni 1897, ia wafat di Kediri Jawa Timur, 21 Februari 1949 pada usia 51 tahun. Semasa hidupnya ia merupakan seorang aktivis dan pejuang pergerakan kemerdekaan yang terkenal gigih memperjuangkan kemerdekaan ndonesia. Beliau merupakan seorang tokoh aktivis pejuang nasionalis Indonesia dan merupakan pemimpin komunis indonesia, serta politisi yang mendirikan Partai Murba. Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang berbobot dan berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tan malaka dikenal sebagai tokoh revolusioner yang legendaris namun pemerintah ketika itu menganggap dirinya sebagai pemberontak karena tindakanya yang dianggap ingin menggulingkan pemerintahan yang berkuasa. Dia merupakan sosok yang kukuh mengkritik terha...